IHSG Jeblok, BEI Siapkan Langkah Antisipasi

IHSG Jeblok, BEI Siapkan Langkah Antisipasi

Pasar saham Indonesia mengalami penurunan signifikan pada awal tahun ini, dipicu oleh berbagai faktor eksternal dan internal. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun bersiap mengambil langkah-langkah untuk meredam dampak dari pelemahan tersebut.

Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 3,31% menjadi 6.270 pada hari ini. Level ini merupakan yang terendah dalam empat tahun terakhir sejak 2021. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), IHSG sudah merosot 11,43% sejak perdagangan perdana 2025.

Seiring dengan pelemahan indeks, investor asing tercatat melakukan aksi jual besar-besaran. Nilai jual bersih atau net sell asing mencapai Rp2,93 triliun pada perdagangan hari ini, sementara total net sell sepanjang tahun berjalan telah mencapai Rp21,9 triliun.

BEI Siapkan Langkah Antisipasi

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengungkapkan bahwa pihaknya akan mengadakan pertemuan dengan pelaku pasar untuk membahas langkah-langkah antisipasi lebih lanjut. Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah penundaan peluncuran layanan short selling dan intraday short selling yang sebelumnya direncanakan pada kuartal II/2025.

“Jika dalam diskusi nanti hasilnya menunjukkan kondisi pasar tidak reguler, maka sangat memungkinkan penerapan short selling bisa ditunda,” kata Jeffrey.

Menurutnya, layanan short selling bertujuan memberikan kesempatan bagi investor untuk mengoptimalkan profitabilitas mereka dalam kondisi pasar yang bergejolak. Namun, jika kondisi pasar saat ini tidak stabil, penundaan bisa menjadi opsi yang lebih aman.

Selain itu, BEI juga rutin melakukan roadshow ke berbagai negara untuk menarik kembali minat investor asing dan memberikan informasi yang lebih akurat mengenai pasar modal Indonesia.

Faktor Penyebab Pelemahan IHSG

Investment Analyst PT Capital Asset Management Martin Aditya menyebutkan bahwa beberapa faktor utama yang menyebabkan pelemahan pasar saham Indonesia adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta ketidakpastian geopolitik global, termasuk kebijakan tarif impor AS.

See also  Pasar Saham AS Menguat, Investor Cermati Data Ekonomi dan Ketidakpastian Kebijakan

Menurutnya, BEI dan regulator perlu mengembangkan lebih banyak variasi produk investasi untuk meningkatkan diversifikasi portofolio serta memberikan data yang lebih transparan kepada investor.

Di sisi lain, Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus menyoroti kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap komoditas tembaga sebagai salah satu penyebab utama tekanan di pasar saham.

“Trump memberikan tarif terhadap tembaga, dan pasar bereaksi negatif terhadap kebijakan ini,” ujarnya.

Selain faktor eksternal, kebijakan efisiensi anggaran pemerintah juga berkontribusi terhadap pelemahan pasar. Nico menyarankan agar emiten besar seperti PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) melakukan aksi buyback saham untuk menopang harga saham mereka di tengah ketidakpastian pasar.

Peluang Perbaikan Pasar

Meskipun pasar saham sedang berada dalam tekanan, Martin Aditya menilai masih ada potensi pemulihan. Salah satu faktor utama yang dapat mendorong perbaikan IHSG adalah kinerja keuangan yang solid dari sektor perbankan. Dengan bobot sektor perbankan yang besar dalam IHSG, kebijakan suku bunga yang lebih longgar bisa menjadi game changer bagi pasar modal Indonesia.

Selain itu, pemulihan ekonomi China juga diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi Indonesia mengingat Negeri Tirai Bambu adalah mitra dagang terbesar Indonesia setelah AS.

“Investor juga masih menunggu performa pengelolaan aset Danantara yang diharapkan akan menambah aliran modal ke pasar modal Indonesia,” tutur Martin.

Namun, dia mengingatkan bahwa faktor suku bunga global yang tinggi dan kebijakan geopolitik yang tidak menentu masih menjadi tantangan utama bagi pemulihan IHSG.

“Pemerintah juga harus berhati-hati dalam mengelola aset superholding BUMN dengan menerapkan good corporate governance (GCG) yang baik,” pungkasnya.

See also  Open House Group Jepang Resmi Terima Pembayaran Properti dengan Mata Uang Kripto

Sementara itu, Nico menambahkan bahwa kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) juga dapat menjadi faktor pendorong.

“Kami melihat ada peluang penurunan suku bunga. Namun, jika dipangkas lagi, ada risiko pelemahan rupiah yang lebih dalam,” katanya.

Kesimpulan

Pasar saham Indonesia saat ini berada dalam tekanan akibat berbagai faktor global dan domestik. BEI tengah mempertimbangkan langkah-langkah antisipatif, termasuk kemungkinan menunda short selling serta menarik kembali investor asing melalui roadshow ke luar negeri. Sementara itu, investor dan analis pasar berharap adanya aksi buyback dari emiten besar serta kebijakan ekonomi yang lebih mendukung stabilitas pasar saham Indonesia. (***)

Experienced content writer with a knack for crafting engaging and informative blog posts.