Rupiah Melemah ke Rp16.536 per Dolar AS, Pasar Menanti Kebijakan The Fed

Rupiah Melemah ke Rp16.536 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Rabu (7/5/2025). Tekanan datang seiring penguatan dolar AS yang dipicu oleh tensi dagang antara AS dan China serta ekspektasi terhadap keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat.

Mengutip data Bloomberg, rupiah di pasar spot terdepresiasi 0,53% ke posisi Rp16.536 per dolar AS. Di saat bersamaan, indeks dolar AS naik tipis 0,03% ke level 99,42.

Mata Uang Asia Tertekan, Kecuali Yen dan Peso

Tekanan terhadap mata uang kawasan Asia juga terlihat nyata. Dolar Taiwan melemah 0,42%, yuan China turun 0,12%, dan ringgit Malaysia terkoreksi 0,22%. Sementara itu, baht Thailand hanya melemah tipis 0,02%, dan won Korea Selatan mencatat pelemahan cukup dalam, yaitu 1,03%.

Namun di sisi lain, yen Jepang dan peso Filipina justru menunjukkan penguatan, masing-masing sebesar 0,63% dan 0,38% terhadap dolar AS. Penguatan dua mata uang tersebut mencerminkan pergeseran minat investor terhadap aset-aset safe haven di tengah meningkatnya ketidakpastian global.

Pertemuan Dagang AS-China Menjadi Sorotan

Penguatan dolar AS juga tak lepas dari hasil sementara perundingan dagang antara AS dan China, menyusul kebijakan tarif impor yang dikenakan Presiden AS Donald Trump bulan lalu. Meski tensi sempat meninggi, pelaku pasar saat ini justru mulai mengambil sikap hati-hati.

Michael Brown, Senior Research Strategist di Pepperstone Group Ltd., menilai pasar terlalu cepat merasa aman dan abai terhadap risiko besar yang masih membayangi.

“Tampaknya [pasar] terlena dalam rasa aman yang salah melihat ketenangan isu tarif pekan lalu, sambil mengabaikan ketidakpastian ekonomi dan politik yang masih tinggi, serta melupakan bahwa belum ada ‘Fed put’ yang siap datang menyelamatkan kondisi saat ini,” ujar Brown kepada Bloomberg.

See also  Rupiah Melemah ke Rp16.595,5 per Dolar AS, Dipicu Sentimen Global dan Domestik

Menanti Keputusan The Fed

Kini perhatian pasar global bergeser ke arah Washington, di mana The Fed dijadwalkan akan mengumumkan arah kebijakan suku bunga pekan ini. Banyak pihak memperkirakan bahwa bank sentral AS akan memilih untuk menahan suku bunga acuan sambil menilai dampak jangka panjang dari perang dagang terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS.

Kondisi ini menciptakan ketidakpastian tambahan di pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Investor cenderung mengalihkan dana ke aset yang lebih aman, sehingga mendorong pelemahan di negara berkembang seperti Indonesia.

Pelemahan rupiah hari ini mencerminkan sensitivitas tinggi pasar terhadap dinamika eksternal. Dengan belum pastinya hasil perundingan dagang dan ketidakjelasan arah suku bunga The Fed, rupiah dan mata uang negara berkembang lainnya berpotensi masih akan tertekan dalam jangka pendek.

Sikap waspada dan strategi lindung nilai menjadi kunci bagi pelaku pasar untuk menghadapi gejolak yang mungkin masih panjang. (***)